Musim tanam padi telah tiba, serangan hama tikus perlu diwaspadai kembali. Tikus termasuk hama pengganggu utama dalam budidaya pertanian dan sulit dikendalikan karena ia mampu "belajar" dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan sebelumnya. Hewan ini terkenal cerdas dan sering digunakan dalam penelitian perilaku hewan.

Salah satu kebiasaan tikus yang merugikan adalah mengasah gigi depannya agar tidak tumbuh menembus rahangnya.  Hal ini dapat dilakukan pada batang tanaman padi, sehingga tanaman padi yang dikerat menjadi rusak dan patah. Selain itu tikus juga dapat mengerat kabel-kabel listrik atau komputer, pintu yang terbuat dari kayu, pipa air, pipa listrik dan lain-lain, dimanapun ia bisa mengerat, maka ia akan mengerat. Bahkan ia dapat membuat lubang yang dapat merusak pondasi rumah.

Perilaku lain dari binatang malam ini adalah bait shyness, kecurigaannya terhadap hal yang baru, sehingga tikus tidak mudah dijebak atau diberi racun bila mereka melihat bahwa tikus lainnya mati seketika karena memakan racun tersebut.  Selain itu tingkat adaptasi tikus sangat tinggi, sehingga penggunaan elektromagnet untuk mengusir tikus hanya akan efektif untuk beberapa saat saja.

Hewan mamalia ini menyukai persawahan, ladang dan padang rumput. Makanan kesukaannya berupa bulir padi, jagung, atau rumput. Ia membuat sarang di lubang-lubang tanah, di bawah batu, atau di dalam sisa-sisa kayu.

Dalam kondisi ideal, sepasang tikus dapat berkembang biak menjadi 2.000 ekor per tahun.  Faktor yang sangat berpengaruh dalam perkembangbiakan tikus adalah makanan.  Mencari makan pada malam hari dengan mengandalkan indera peraba dan penciumannya. 

Pengendalian Tikus

Kunci sukses pengendalian tikus yaitu pengendalian saat dini, massal dan serentak serta terus-menerus. Di daerah tanam serentak, pengendalian tikus secara massal dan serentak dituntaskan pada saat sebelum tanam.  Sedangkan di daerah yang tidak bisa tanam serempak, pengendalian dini, massal dan serempak dengan cara sesuai fase pertumbuhan tanaman.

Beberapa pengendalian tikus yaitu:

  1. Pemanfaatan dan melindungi musuh alami : burung hantu, ular, kucing, anjing.
  2. Sanitasi lingkungan : lingkungan pertanian harus bersih dari tumbuhan liar yang tidak bermanfaat.
  3. Pengendalian sebelum tanam
  4. Gropyokan massal dengan membongkar setiap lubang, pada saat bera atau saat pengolahan tanah.
  5. Pemasangan umpan beracun apabila populasi tinggi.

Pengendalian fase pertanaman

  1. Pemasangan umpan beracun pada fase vegetatif.
  2. Pemasangan bumbung bambu setelah tanaman berumur lebih dari 21 hari setelah tanam.
  3. Pemasangan TBS (Trap Barrier System)
  4. Pengemposan dengan asap belerang. 

Pengendalian kimia yang biasa dilakukan adalah dengan pemberian umpan beracun. SIDARAT 0,005 BB adalah umpan beracun antikoagulan berupa blok berwarna kebiru-biruan siap pakai yang sudah mengandung bahan aktif brodifakum 0,005%.

SIDARAT 0,005 BB mampu menghambat koagulasi/penggumpalan darah tikus (antikoagulan) dan memecah pembuluh darah kapiler di dalam organ. Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk menkorvensi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan. SIDARAT 0,005 BB sering juga dikenal sebagai racun pengencer darah. SIDARAT 0,005 BB sangat efketif untuk mengendalikan hama tikus sawah (Rattus argentiventer) dan tikus belukar (Rattus tiomanicus).

Cara aplikasi SIDARAT 0,005 BB adalah dengan meletakkan 1-2 buah umpan dalam jalur/jalan tikus atau di depan lubang aktif, atau dengan dosis 100-200 buah umpan per ha setara dengan 0,4 – 0,8 kg umpan jadi per ha.

Cara pengumpanan SIDARAT 0,005 BB pada pertanaman padi dilakukan saat padi bera hingga menjelang bunting. Pada saat bera pengumpanan dilakukan bila ditemukan tanda-tanda kehadiran tikus (jejak, jalan tikus, kotoran, liang tikus) dan berdasarkan sensus populasi yaitu bila 20% umpan dimakan. Pada saat belum ada pertanaman, sensus dilakukan dengan memasang 5 titik umpan per hektar. Pada fase vegetatif sensus populasi digunakan 20 titik umpan per hektar. Pengumpanan SIDARAT 0,005 BB dihentikan bila padi sudah bunting. Umpan diletakkan dengan jarak antar umpan 5 – 10 meter sebanyak 1 – 2 umpan di pematang, tanggul irigasi, tepi jalan dan tempat lain yang diduga sebagai sarang/tempat persembunyian atau jalan tikus.

Dalam melakukan pengumpanan SIDARAT 0,005 BB perlu diperhatikan jangan sampai umpan tersentuh tangan atau badan lainnya secara langsung, karena tikus tidak mau memakan umpan yang telah tersentuh oleh kulit kita. Dan dianjurkan pengumpanan SIDARAT 0,005 BB dilakukan bersama-sama secara serentak di seluruh lokasi serangan (Gou Huan).

 

 

Kategori Berita: Kabar